![]() |
https://www.pexels.com |
"Success is not the key to happiness. Happiness is the key to success. If you love what you are doing, you will be successful." — Albert Schweitzer
Satu kutipan itu bikin pagi gue cukup hangat dan dipenuhi dengan rasa syukur. Kenapa? Karena kutipannya cukup membuat gue semakin mengerti bahwa bahagia bisa menjadi banyak kunci dari beberapa hal yang ada di hidup ini. Tentunya tanpa kita sadari.
Itulah juga kenapa gue mengerti ketika salah satu dokter jantung bokap pernah bilang bahwa kalau mau sakitnya cepat sembuh bukan rutin minum obat, tapi perbanyaklah bahagia. Buat hati senang. Nah, masalahnya, emang gampang bikin hati langsung senang?
Di kesempatan ini gue akan coba menjelaskannya, apa yang dimaksud dengan kebahagiaan itu sendiri? Karena bahagia versi tiap orang pastinya berbeda-beda.
"Bahagia itu mudah, memenuhi ego dan ekspektasinya yang susah." — Halluna
Apa Definisi Kebahagiaan yang Sebenarnya?
1. Kenapa Orang Sulit Bahagia?
![]() |
https://www.pexels.com |
Mungkin sudah ada ribuan artikel, kutipan, lagu bahkan mungkin film yang memberikan pesan moral untuk memudahkan diri dalam menjemput bahagia. Tapi dalam setiap praktiknya, seseorang akan selalu merasa kesulitan. Kira-kira kenapa bisa begitu, ya?
Menurut sebuah penelitian kecil-kecilan yang gue lakukan dalam lingkup keluarga gue sendiri, gue bisa menemukan jawabannya. Jadi ketika ada perasaan-perasaan toksik yang dimenangkan, maka kebahagiaan akan semakin sulit dirasakan.
Perasaan toksik itu apa saja misalnya? Beberapa perilakunya sudah pernah gue bahas di artikel ini. Jadi seumpama lo lebih mudah bereaksi negatif pada sebuah situasi atau kondisi ketimbang menyikapi dengan pikiran positif, maka bisa dipastikan lo orang yang sulit merasa bahagia.
Dari hal kecil saja lo tidak bisa menemukan alasan bahagia, jadi apalagi dari hal yang lebih besar kan?!
"Happiness is not something you postpone for the future, it is something you design for the present." — Anonymous
2. Tidak Mengenali Kekurangan dan Kelebihan Diri
![]() |
https://www.pexels.com |
Kenapa hal ini gue singgung, sebab saat seseorang tidak menyadari value dirinya sendiri, maka jelas orang tersebut tidak bisa menciptakan kebahagian sendiri. Gue kasih contoh lagi. Bukannya waham, tapi gue adalah orang yang gampang nyiptain bahagia gue sendiri.
Caranya? Makan sesuatu yang gue suka. Ngobrol dengan orang yang gue seneng. Nonton film kegemaran gue atau nyanyi-nyanyi sendiri. Terdengar remeh dan tidak wah, ya. Tapi sadar tidak bahwa apa yang gue contohkan tadi itu hal-hal yang bisa dibilang simpel banget.
Karena gue tahu apa yang jadi kekurangan gue dan kelebihan gue sendiri. Gue orang yang gampang bergaul atau berteman dengan orang baru. Kekurangannya? Gampang banget percaya sama orang. Makanya nggak jarang gue dimanfaatin sama orang lain. T_T
Jadi, bisa gue bilang akan sangat membantu jika lo sadar dan kenal sama diri lo sendiri. Seperti apa strength, weakness, humanity, pathos, fear dan sifat-sifat dasar lainnya yang bisa lo tinjau sendiri sambil makan kacang atom, kayak gue sekarang.
"Happiness is a choice. You can choose to be happy. There’s going to be stress in life, but it’s your choice whether you let it affect you or not." — Valerie Bertinelli
3. Berkonsultasi Dengan Ahli
![]() |
https://www.pexels.com |
Akhir-akhir ada banyak sekali orang yang mulai berani mengangkat isu tentang mental illness. Jadi gue yakin pembaca gue di blog ini juga sudah pada pinter untuk memahami bahwa orang yang sakit jiwanya adalah orang yang butuh pertolongan dengan segera.
Jangan risak dia, jangan jauhi, jangan memberikan label macam-macam. Justru rangkul dia, dukung dia dan beritahukan jika hal tersebut sudah sangat serius maka tidak ada salahnya mencari bantuan ahlinya.
Gue pernah nemuin psikolog, grup healing sampai ikut daily routine di salah satu apps kesehatan mental untuk membantu gue yang saat itu agak depresi sampai sulit tidur berhari-hari.
Masalahnya masih banyak yang belum teredukasi bahwa hanya satu atau dua kali ketemu psikolog/psikiater akan langsung sembuh atau minimal menunjukan perubahan. Lah, dikata psikolognya kang sulap apa gimana? #sad
Luka yang kelihatan di permukaan lebih mudah sembuh karena bisa cepat ditindak atau ditangani. Sementara luka batin atau luka yang ada dalam jiwa itu perlu pendeteksian yang lebih serius dan jauh lagi. Nggak bisa satu atau dua kali konsultasi langsung ada solusi.
Tidak jarang orang harus berkonsultasi hingga enam sampai delapan kali baru bisa ketahuan ‘akar lukanya’ ada di mana. Untuk itulah, kerjaannya psikolog/ psikiater seolah hanya ‘ngobrol-ngobrol’ doang. Padahal mereka sedang menggali informasi pasiennya sendiri.
Siapa tahu, penyakit batin atau luka hati yang nggak kelihatan itu menjadi salah satu faktor sulitnya kamu untuk mengalami bahagia. Jika sudah seperti itu, tidak apa-apa kok mencari pertolongan pada ahlinya segera.
Semoga setelah ini, tidak ada lagi yang merasa bingung atau pause beberapa menit saat ditanya apa sih yang dimaksud dengan kebahagiaan itu?
Peluk erat.
rgrds/hl
ps: Artikel ini merupakan rangkaian dari #30dayswritingchallenge memasuki hari kesembilan.